Frekuensi ane pulang kampung biasanya 2 bulan sekali dan mulai rutinnya pun baru sekitar pertengahan 2018, tapi entah kenapa kayaknya Terminal Sunggingan atau Terminal Boyolali Lama ini ada kenangan tersendiri. Waktu ane kecil sekitar tahun 2000-an cukup sering diajak orang tua pulang kampung, rumah si Mbah lokasinya di Jatinom, Klaten, tapi kalau untuk ke Jakarta atau sebaliknya seringnya sih naik-turun bis di Terminal Boyolali Lama. Pertimbangannya mungkin karena pilihan bisnya yang banyak, karena tahun segitu bis arah timur dan barat sudah pasti melintas Boyolali.
Seinget dulu orang tua ane langganan Rosalia Indah, terus bergeser menjadi pelanggan Gajah Mungkur dan Tunggal Dara. Ane gak habis pikir, dulu tempat tinggal sekitaran Perumnas 3, tapi dibela-belain naik bis dari Cibitung. Tahun segitu naik Gajah Mungkur start Pool Cibitung sekitar jam 17:00 finish Boyolali esok hari sekitar jam 3:30.
Warung soto ayam di bawah pohon. Dokumentasi pribadi.
Perdana ane pulang kampung naik bis sendirian dimulai Agustus 2018, pas banget 17-an long weekend. Masih noobs waktu itu, dari Jakarta sengaja nyari bis yang jalan paling malam, biar tiba di tujuan pas matahari udah terbit, pilihannya Gunung Mulia. Tiba di Terminal Boyolali langsung nyari sarapan, biasanya ane sarapan soto di lapak yang di bawah pohon. Sekalian cari info angkutan umum trayek Boyolali - Klaten via Jatinom ada atau gak. Kalau liat di papan informasi daftar bus angkutan pedesaan ada beberapa operator kayak: Arief, Muncul Jaya, Son Aji, Berkah Ria dan Sonto Putro.
Daftar bus pedesaan di Terminal Boyolali Lama. Dokumentasi pribadi.
Gak ada ternyata, tapi untungnya sudah ada ojol, jadi gak begitu khawatir soal tarifnya. Maklum gak bisa nego dengan Bahasa Jawa. Hahaha.. Boyolali - Jatinom dengan jarak sekitar 17-an km kena ongkos sekitar Rp 35.000 via aplikasi ojol. Untuk perjalanan berikutnya jadi lebih yakin mau masuk Boyolali jam berapa aja gak masalah, ada ojol soalnya.
Ane punya misi untuk nyobain semua makanan yang ada disini, tapi baru berhasil nyicipin beberapa aja:
1. Ini habis naik Gunung Mulia, masuk Boyolali matahari udah terbit biasanya sarapan nasi soto yang di "DPR".
Minggu kedua di bulan Agustus 2019 jadi yang terakhir kalinya ane beli tiket dan naik bis Jakartaan dari Terminal Boyolali Lama. Mudik dalam rangka Libur Idul Adha waktu itu dan akan melakoni Liga Malam Senin dengan Junior Eksekutif 4.
Parkir bis di depan kios agen tiket Terminal Boyolali Lama. Dokumentasi pribadi.
Lintasan Boyolali kalau mau ke Jakarta berangkat malam gak perlu khawatir, masih banyak bis yang masuk, antara lain: Harapan Jaya, Raya, Sudiro Tungga Jaya. kalau malam hari yang masih ramai penumpang malam sih Agen Harapan Jaya dan Raya.
Kalau ane gak salah, sejak awal September 2019 Terminal Boyolali Lama yang lokasinya di Sunggingan dipindah ke Terminal Boyolali Baru yang lokasinya di Penggung.
Jarak Terminal Boyolali Lama, Sunggingan keTerminal Boyolali Baru, Penggung. Google Maps.
Secara luas, terminal baru memang lebih luas dibanding terminal lama. Kalau waktu siang ke sore, terminal baru kayaknya lebih panas, loss matahari-nya, belum banyak pohon, atau posisi terminal ngaruh juga kali ya madep mananya.
Alur masuk-keluar bis juga beda. Kalau di terminal lama alurnya melintasi bangunan terminal, jadi ada 2 pintu masuk-keluar. Kalau di terminal baru alurnya memutari bangunan terminal karena cuma ada 1 pintu masuk-keluar.
Deretan lapak pedagang makanan Terminal Boyolali Baru. Dokumentasi pribadi.
Ini contoh perbedaan kios agen Raya di terminal lama dan terminal baru. Sekilas, kayaknya lebih luasan kios lama.
Kios Agen Raya Terminal Boyolali Lama. Dokumentasi pribadi.
Kios Agen Raya Terminal Boyolali Baru. Dokumentasi pribadi.
Buat ane yang rumah di Jatinom, untuk penyebutan Terminal Penggung bisa rancu, soalnya di Klaten juga ada Sub Terminal Penggung. Ya memang beda, yang di Klaten ada "Sub"-nya, tapi orang awam mana urus sih, taunya terminal aja. Hahaha...
No comments:
Post a Comment